Ada hal yang seringkali terjadi dan sering pula mengganggu pikiran
saya. Misalnya, tentang hobi saya dalam membaca komik. Saya memang sudah mulai
suka membaca komik bahkan sejak saya SD, hingga sekarang umur saya sebesar ini,
saya masih sangat suka membaca komik. Saya cenderung tak peduli orang mau
bilang hobi saya ini kekanak-kanakan, toh hal apapun pasti ada yang pro atau
yang kontra. Tapi dulu, ada saja orang yang memang sedikit mengganggu
komentarnya, dan sifatnya kontinu, kesannya ga berhenti komentar sampai saya
berubah jadi pembenci komik, dan terus terang saya sedikit muak hehe.
Suatu hari seseorang itu, mengomentari lagi, kemudian saya yang memang
sudah kesal hanya meminjami sebuah komik saya dan memintanya baca sampai
selesai. Saya juga berkata padanya saya sangat tunggu komentar darinya. Sekitar
Seminggu kemudian dia mengembalikan komik saya dengan hanya mengucapkan terima
kasih tanpa menyertakan komentar seperti yang saya minta. Tapi saya tidak
mempermasalahkannya lebih lanjut.
Dan tau apa?
Sampai hari ini dia adalah pecinta komik paling berisik yang saya tahu.
Yup dia berubah suka komik. Entah karena hari itu, saat saya memintanya
membaca komik saya atau karena hal lain. Yang jelas dia menyukai hal yang dulu
dia hardik.
Cerita lain tentang orang yang dulu sering kali menghina orang yang
berdandan dan sekarang dia punya blog tentang kecantikan yang mengajarkan orang
lain untuk memakai make up.
Ada juga orang yang pernah bilang ke saya bahwa socmed itu ga ada
gunanya, buang waktu ga ada bagus-bagusnya sama sekali. Sekarang hobi nya
muncul di facebook dan twitter, bikin status setidaknya 3 kali sehari.
Galau-galau lagi.
Nah yang sering mengganggu saya adalah hal-hal semacam ini. Ya sisi
mengganggunya mungkin karena seringkali saya yang jadi objek hardikannya.
Memang ga bikin saya stress atau harus kehilangan sesuatu, rasa mengganggunya
semata-semata karena saya tipe orang yang melakukan hal yang saya suka, dan
sewajarnya saya kesal kalau ada yang menghinanya hehe. Dan memang saya selalu
merasa terganggu sama orang yang melontarkan penghinaan berlebihan alisa lebay.
Sering saya temukan orang yang menghina apa yang saya suka, entah itu
cara halus alias pakai bahasa kiasan, atau yang terang-terangan. Memang apa
yang saya suka bukan hal yang selalu punya daya guna, saya akui itu karena pada
dasarnya saya memang orang yang masih suka ‘senang-senang’. Komik misalnya, ga
semua hal baik ada di komik, tapi saya suka, dan itu tidak mengganggu kewajiban
saya makanya saya masih suka. Tapi bukan berarti hal yang mungkin punya nilai
guna sedikit jadi hal yang buruk kan ?
Dan itu memang pilihan, mau suka atau tidak itu pilihan seseorang. Tapi
seharusnya diambil setelah ada pertimbangan dan percobaan. Rasanya kurang bijak
kalau kita berani bilang sesuatu itu buruk kalau belum merasakannya sama
sekali. Makanya sampai ada pepatah yang bilang, jalani dulu jalan yang
seseorang lalui baru nilailah dengan sesuka hati. Lihat diri sendiri dulu,
selama ini kita tidak menyentuh hal hal tersebut karena memang kita tahu itu
hal buruk, atau karena tak tahu manfaatnya?atau bahkan karena selama ini
sekedar tak punya waktu?
Untuk kasus saya diatas misalnya, itu alasan kenapa saya minta dia baca
komik saya barang sebuah. Saya mau biarkan dia jalan di jalan yang sama dengan
saya, mendalami apa yang saya suka, setelah itu silahkan beri penilaian
sesukanya. Disini prinsip heterogen pendapat baru bisa diterapkan.
Karena apa yang saya perhatikan, fenomena itu ga sekedar fenomena kalau
tidak ada hal menyenangkan didalamnya (diluar dari apa hal buruk yang ada).
Jangan buru-buru memberikan penilaian kalau belum merasakan manfaat atau hal
menyenangkan yang ada. Jika sudah bandingkan seberapa besar bagian manfaat
dibanding keburukannya, barulah ambil penilaian dan aksi.
Dan tujuan akhirnya, supaya kita tidak harus ‘menelan’ kembali omongan
kita sendiri.
Posting Komentar