Seperti
judulnya, tidak biasanya saya suka bollywood. Tapi saya juga tidak benci.
Memang dasarnya ibu dan ayah saya jarang ajak saya nonton bollywood sewaktu
saya kecil ataupun sekarang, jadi ketertarikan saya sama film atau drama
bollywood kurang. Bisa dihitung pakai jari kok film bollywood yang pernah saya
tonton : ‘ Kuch-Kuch Hota Hai’ (karena rasanya kalau tidak pernah nonton ini,
bisa jadi anak paling ga gaul sedunia) , ‘3Idiots’ (karena ceritanya bagus),
‘We Are Family’ (karena nonton bareng teman-teman sekelas dan ceritanya
ternyata sedih ), apalagi ya? Saya lupa.
Tapi
sekarang saya lagi sangat suka drama seri yang diproduksi starplus berjudul
‘Mahabharat’ – dalam Bahasa Indonesia disebut ‘Mahabharata’. Sekarang sedang
tayang di ANTV setiap malam. Saya ingat, ketika saya masih SD dulu, drama seri
dengan judul sama juga ada karena ibu saya suka menontonnya. Maka sepertinya ceritanya diperbarui lagi
oleh produksi film di India.
Hmm,
sedikit cerita tentang bagaimana saya suka drama seri ini. Awalnya yang paling
antusias ketika Mahabharata ditayangkan di televisi adalah ibu saya. Ibu memang
dasarnya suka jalan cerita mahabharata dan kisah pewayangan lain. Sedangkan saya
tidak minat sama sekali (pada awalnya). Setiap malam mahabarata diputar, saya
pasti sedang dikamar buka modul kuliah sedangkan ibu saya menonton dengan suara
televisi sedikit dikeraskan sehingga sampai ke kamar saya. Dan tau apa? Kerjaan
saya adalah meledek ibu saya dengan dialog-dialog yang ada di mahabarata.
Karena awalnya saya merasa dialognya lucu cenderung sedikit kaku.
Misalnya,
waktu itu dialognya adalah “ Ibu kalau aku makan dari tanganmu, entah kenapa
aku bisa langsung kenyang” (kira-kira begitu, saya lupa persisnya)
Dan
saya langsung menyahut dari kamar “ Jangan-jangan jari ibunya hilang tiga
lagi.”
Yang
kemudian saya ketahui dialog itu antara Bima dan Ibu Kunti. Bima memang hanya
bisa kenyang jika ibunya yang menyuapi.
Tapi
kemudian saya ikut menonton satu kali dan ternyata jalan ceritanya bagus.
Kemudian saya menonton lagi esoknya, esoknya dan esoknya dan akhirnya setiap
hari. Akhirnya jadi fangirl nya mahabarata.
Begitulah,
sedikit memalukan sih (._.)
Mahabharata
sendiri merupakan cerita yang tidak asing bagi mereka yang menyukai cerita
kolosal dan cerita pewayangan. Karenanya, nama Bima, Yudhistira, Arjuna dan
tokoh mahabarata lain tidak asing, banyak orang tua yang memberi nama anak
mereka dengan nama-nama dari cerita pewayangan. Tapi dari sini saya juga baru
tahu cerita mahabarata juga bagian dari cerita agama hindu.
Cerita
utama berpusat pada perseteruan antara Pandawa dan Kurawa. Pandawa dan Kurawa
adalah saudara sepupu. Pandawa terdiri dari lima bersaudara yaitu, Yudhistira,
Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang merupakan putra dari Pandu. Sedangkan
Kurawa terdiri dari seratus bersaudara, Kakak tertua mereka bernama Duryodhana
kemudian Dursasana yang merupakan putra dari Destrarasta. Destrarasta dan Pandu
sendiri adalah kakak beradik. Dikisahkan para putra pandu adalah anak-anak yang
punya sifat baik dan menjunjung tinggi nilai kebenaran. Sedangkan para kurawa
adalah anak-anak yang sombong dan tamak, terobsesi pada harta dan tahta.
Latar
cerita banyak terjadi di kerajaan Hastinapura yang merupakan tempat tinggal
para pandawa dan kurawa. Disana Destrarasta menjadi raja dan didalam perangkat
istana ada perdana menteri Widura (yang merupakan adik dari Destrarasta dan
Pandu) dan Bisma yang agung (paman dari Destrarasta dan kakek dari para pandawa
dan kurawa). Destrarasta boleh adalah seorang raja, tapi semua keputusan mana
bisa jadi keputusan kalau Bisma berkata tidak. Dikisahkan Bisma adalah seorang
yang bijak, menjunjung kebenaran, kuat tak terkalahkan bahkan salah satu
keistimewaan yang diberikan padanya adalah ia mampu menentukan waktu
kematiannya sendiri. Ia telah menghabiskan seluruh hidup untuk mempertahankan
Hastinapura tetap jadi kerajaan yang hebat.
Lalu
kenapa para pandawa dan kurawa bisa bertengkar satu sama lain? Singkat cerita
Pandawa lah (lebih tepatnya Yudhistira sebagai yang tertua) yang memang
diinginkan untuk memegang tahta Hastinapura, selain karena budi pekerti mereka
yang mulia, Ayah mereka, Pandu juga lah yang seharusnya dan seterusnya menjadi
Raja bukan Destrarasta. Kurawa yang memang tak terima melakukan segala cara
untuk menyingkirkan Para Pandawa. Melakukan percobaan pembunuhan bahkan ketika
mereka masih sama-sama kecil hingga sama-sama dewasa. Maka pandawa pun terpaksa
menabuh genderang permusuhan dengan mereka.
Cerita
Mahabharata tidak hanya berputar disitu saja, tokoh-tokoh yang ada sangat banyak
dan bukan sekedar tokoh numpang lewat saja. Akan saya bahas di postingan saya
berikutnya.
Nah
apa yang menurut saya bagus di Mahabarata versi starplus ini?
1.
Lebih Niat
Efek
yang lebih tidak memaksa, teknik pengambilan gambar yang baik, setting cerita
yang dipersiapkan dengan matang serta peralatannya mulai dari kostum pemain dan
peralatan pendukung lain dipersiapkan dengan sangat baik. Bahkan saya dengar
para pemainnya memang dipersiapkan untuk peran mereka jauh sebelum syuting.
Misalnya, karena Arjuna dikisahkan adalah pemanah terbaik didunia, aktor yang
memerankan arjuna diberi kursus memanah selama beberapa bulan sebelumnya. Jadi
ketika syuting dimulai alami, seperti pemanah asli. Dan memang menurut
produsernya, biaya yang dihabiskan tidak sedikit.
Jauh
berbeda dengan sinema kolosal disini ya ...
2.
Kemampuan Aktingnya lebih baik
Lebih
natural dan lebih serius. Saya bisa sangat-sangat kesal sama tokoh antagonis
karena dia memerankan tokoh dengan baik. Ekspresi apapun dikeluarkan dengan
baik.
3.
Lebih sedikit yang harus disensor
Tidak
ada cium-cium dan peluk-peluk nafsu seperti di drama seri barat. Sejauh ini
yang cukup harus disensor mungkin adegan pertarungan yang penuh darah. Tapi
itupun masih nanti, di tv lokal belum ada adegan peperangan yang hebat.
Sebaliknya
cerita persaudaraan pandawa bisa jadi contoh cerita yang bagus untuk adik-adik
saya.
Tapi
ada juga yang saya kurang suka di drama seri ini :
1.
Adegan yang tak perlu
Kelakuan
yang satu ini mirip dengan kelakuan sinetron Indonesia. Ada waktu saat para
pemain disorot satu per satu wajahnya saat adegannya Cuma sekedar kaget atau
bingung. Jika ada tujuh ya tujuh-tujuhnya di sorot dulu baru pindah dialog.
Kemudian ada waktu saat , satu adegan diulang lama sekali. Misalnya waktu itu
butuh 5 menit untuk adegan drupadi turun tangga. Dalam satu episode yang hanya
sekitar 25 menit, dipotong oleh adegan seperti itu rasanya sedikit kesal.
Sejauh
ini hanya itu sih.
Yang
mungkin sering jadi perdebatan di Indonesia ini mungkin tentang isi ceritanya.
Isi ceritanya memang ada unsur agama Hindu, ada dewa dewi, pemujaan dan
lain-lain. Sedangkan mayoritas penontonnya mungkin tidak semua beragama hindu
termasuk saya yang seorang muslim. Kalau sudah menyangkut kepercayaan pasti ada
kontra.
Tapi
yang saya liat cerita mahabharata tidak terlalu kental unsur agamanya, berbeda
dengan serial lain yang memang mengisahkan tentang dewa dan ajarannya. Ceritanya
memang lebih diarahkan ke arah hidup, politik dan peperangan di daerah arya
yang kemudian mau tak mau sedikit mengangkat tentang kepercayaan yang mereka
anut saat itu. Bukannya membela diri, tapi saya pribadi juga punya batasan apa
yang saya tonton dan apa yang saya serap dari tontonan itu. Dan alhamdulillah
tidak mempengaruhi apapun apalagi sampai kebawa mimpi. Karena memang yang saya
suka adalah cerita tentang pandawa, bagaimana mereka menjaga dan menghormati
satu sama lain, bagaimana mereka mengutamakan menepati janji, kehebatan mereka
dalam bertarung. Sisanya? Saya yakin udah tersaring di filter di kepala saya.
Tapi
tidak semua orang punya pemahaman yang sama tentang apa yang mereka tonton.
Makanya mendampingi adalah tugas orang yang punya pemahaman lebih tentang hal
yang benar. Dampingi apapun tontonannya dan ingatkan mereka apa yang harus
mereka tahu.
Dan
sampai postingan ini dibuat saya masih jadi penonton rutin. Saya sebenarnya
penyuka cerita seri (sayangnya drama seri lokal kurang bagus jadi minat saya
sedikit), makanya jika sudah masuk kesatu cerita drama seri , saya cenderung
punya keinginan untuk tahu bagaimana akhirnya. Dan akhirnya mengikuti terus
sampai tamat.
Haha suka mahabarata juga. Baca baca cerita ramayana deh seru
BalasHapusHehe iya, baru sukanya sekarang2 sih
BalasHapusnanti pas perang seru dan sadis. lebih sadis dari matinya jarasanda
BalasHapusiya saya juga udah ngintip2 dikit di youtube hehe
BalasHapusPosting Komentar