Balada Gerbong Wanita Commuter Line

Dua tahun lalu saya pernah membuat sebuah note di facebook tentang pengalaman rutin saya menggunakan transportasi kereta api yang bisa di akses di link ini [People Around The Train]. Dan sebulan ini, karena tuntutan rutinitas yag baru, saya kembali menggunakan transportasi ini untuk setidaknya 3 hari sekali dalam seminggu. Beda dulu beda sekarang, situasi memang sudah banyak berubah tapi tetap saja ada hal menarik tersimpan di dalamnya. Terutama karena saya naik kereta di jam puncak ramai, jam pergi dan pulang kerja.

Sekarang, sudah tidak ada lagi kereta ekonomi dan ekspress untuk jalur jabodetabek. Semua sudah disamakan menjadi commuter line, kereta 10 gerbong dengan fasilitas AC. Keretanya  sekarang bersih, bersih dari kotoran, bersih dari pengamen, pengemis, dan pedagang asongan. Stasiun kereta beserta sistemnya juga sudah berubah lebih moderen. Semua stasiun juga menerapkan satu pintu keluar dan masuk, jadi penyalahgunaan tiket oleh oknum-oknum nakal sudah pasti tidak ada lagi.  Sekarang sistem tiketnya juga sudah menggunakan kartu otomatis, tidak lagi tiket kertas jadi lebih praktis. Perbaikan sistem tidak membuat harga tiket naik, justru sekarang sudah sangat murah. Untuk 3 stasiun pertama dikenakan harga 2000 rupiah, sedangkan 3 stasiun selanjutnya hanya 500 rupiah.  Jadilah pengguna kereta makin meningkat.

Tapi saya tidak mau bercerita panjang tentang sistem yang sekarang. Saya mau bercerita tentang apa saja yang terjadi di dalam gerbong kereta commuter line. Suasana perjalanan itu yang paling penting toh?

Sebagai informasi, untuk para wanita ada gerbong khusus di kereta yaitu gerbong pertama dan terakhir. Dan saya selalu naik gerbong ini, walaupun diluar sana, pemberitaan tentang gerbong ini sudah aneh-aneh. Hal ini lebih baik, dibanding saya harus bergesek-gesekan dengan laki-laki.

Gerbong wanita memang punya sejuta cerita. Puluhan wanita beserta isi kepalanya yang katanya paling rumit sedunia berkumpul disini. Kita masih sama-sama ingat kasus nona Dinda yang mengeluh soal ibu hamil di commuter line di medsos dong? Itu baru satu contoh kelakuan wanita di commuter line.

Nah, saya mau merangkum, macam-macam penghuni gerbong wanita commuter line. Ini berdasarkan pengalaman saya dan buat lucu-lucuan saja kok :)

Wanita Afgan
Kaskuser mungkin sudah langsung mengerti arti wanita afgan. Afgan kan punya lagu terkenal judulnya “Sadis” tuh, nah istilah Afgan ini dipakai dalam jual beli yang berarti Sadis. Jadi Wanita Afgan berarti wanita sadis. Jahat banget ya saya mengatakan mereka sadis. Tapi kadang wanita jenis ini memang keterlaluan. Mereka cenderung mementingkan diri sendiri supaya bisa naik ke gerbong kereta dan akhirnya menyakiti orang.

Misalnya, ketika kereta dalam keadaan penuh, mereka yang hendak naik ke dalam gerbong atau turun gerbong tidak segan-segan mendorong, menyikut orang disamping dan didepannya supaya bisa secepatnya naik ke gerbong. Udah seperti fans band rock yang lagi mosing atau fans persija yang mau ajak ribut fans persib. Rusuh. Masalahnya udah banyak yang jadi korban, sampai ada yang jatuh keluar kereta. Bahaya toh.



Ini yang saya paling tidak mengerti. Mengapa harus terlihat rusuh.

Padahal kalau mereka sedikit lebih memperhatikan, gerbong wanita itu kan ada yang tepat dibelakang gerbong masinis. Setiap pemberhentian di stasiun manapun, asisten masinis akan melongok keluar gerbong dan melihat dengan seksama sepanjang jalur stasiun apa masih ada orang yang berusaha naik.  Kalau masih ada, mereka tidak akan menutup pintu kereta apalagi menjalankannya. Jadi tidak usah takut ketinggalan.

Saya sudah pernah, membandingkan dengan gerbong campuran dan ternyata untuk urusan ini lebih kondusif. Iya memang di gerbong manapun pasti penuh nya minta ampun. Tapi para lelaki jarang yang melakukan adegan mosing untuk naik turun gerbong.

 Gadget Mania
Dua tahun lalu gadget yang paling gaul itu blackberry, dan dicerita sebelumnya saya menulis, blackberry mania itu saking asiknya bbm-an, kalau gerbong terbakar setengah dia ga akan tahu. Saya pikir karena pamor blackberry sudah turun, populasi spesies ini dikereta akan turun juga. Ternyata malah naik. Tapi blackberry kini bertransformasi menjadi gadget, entah itu smartphone layar sentuh, tablet layar sentuh, music player dan semacamnya.

Mari kita sebut saja gadget mania. Tipe ini, tidak peduli kereta sepenuh apapun, akan selalu pegang gadgetnya dan berusaha untuk akses gadgetnya itu. Entah itu main game, buka bbm dan whatsapp (yang Cuma sekedar liat foto profil orang karena tidak ada yang ajak ngobrol) bahkan nonton film.
Itu hak sebagai si empunya gadget sih




But wait...

Haruskah itu dilakukan di gerbong kereta yang penuh? Tidak bisa nanti?

Saya masih maklum kalau memang orang itu adalah pekerja yang super sibuk, yang sewaktu waktu memang harus berhubungan dengan klien atau atasannya, kapanpun dimanapun. Tapi hasil pengamatan saya ternyata tidak seperti itu.

Kebanyakan gadget mania yang (memaksakan) mengakses medsos di gerbong kereta penuh, itu cuma sekedar lihat-lihat foto profil orang, stalking status orang, liat bbm berkali-kali padahal tidak ada yang ajak ngobrol. Ada juga yang (memaksakan) main game dan nonton film. Padahal posisi badannya saja sudah tidak kondusif karena kereta penuh, kaki dimana badan dimana tapi masih saja mati-matian main candy crush dan nonton film.

Kita sama-sama bosan di perjalanan kereta yang panjang dan melelahkan, tapi kelakuan gadget mania ini pada akhirnya membuat pengguna lain jadi lebih kesusahan. Ketika mereka fokus dengan gadget mereka, fokus terhadap diri mereka jadi berkurang, akibatnya sering terjadi ketika kereta di rem, mereka kesulitan untuk menahan diri untuk tidak jatuh dan akhirnya menimpa orang disebelahnya, disebelahnya lagi, disebelahnya lagi dan jadi seperti domino tumbang. Beberapa kali juga kejadian orang tersandung saat hendak naik kereta karena terlalu asik dengan gadget, bahkan ada juga yang headset nya terjepit pintu kereta.

Sadarlah ladies, kalian tidak akan mati karena tidak mengakses gadget satu jam saja, tapi mungkin akan mati karena jatuh dari kereta.

p.s : foto diambil dengan mini camera saya untuk keperluan dokumentasi dan itupun tidak saya paksakan lagi karena sulit. Tenang saja, saya tidak akan ikut ikutan main gadget di kereta :p

Wanita Helm
Saya nobatkan spesies ini sebagai spesies paling absurd di gerbong wanita. Pertama kali melihat wanita ini, saya sedikit melongo. Buat apa dia pakai helm di kereta yang sedang penuh. Selidik punya selidik kebanyakan mereka bawa helm ke dalam kereta karena setelah turun dari kereta mereka harus menyambung perjalanan dengan motor, entah itu ikut bersama temannya yang pengendara motor atau naik ojek.



Tapi mungkin mereka lupa, didalam kereta ada tempat khusus meletakan barang.
Pengalaman saya yang sedikit bermasalah dengan wanita helm ini :
WH (Wanita Helm). S (Saya).
S Berdiri di belakang WH. Kereta di rem dan akhirnya wajah saya terantuk helm nya.
S : “ Bu, maaf helm nya.”
WH : “ Oh Kenapa mba?”
S : “ Kena saya bu.”
WH hanya diam saja dan berpaling. Tak berapa lama wajah  saya terantuk helm lagi.
S : “ Bu Maaf helm nya kepentok saya lagi.”
WH masih diam saja seolah tidak peduli. Kemudian untuk 3 kalinya saya terantuk helm lagi.
S: “ Bu maaf helm nya ditaruh di atas saja (ditempat barang). Kena saya terus dari tadi.”
WH : “ Sabar saja mba ! Sebentar lagi juga saya turun !”
Malah saya yang dibentak (-_-) . Ternyata WH yang katanya turun sebentar lagi, baru turun 6 stasiun kemudian. Tidak semua Wanita Helm seperti ini kok, ada yang langsung menaruh helmnya di tempat barang. Tapi jika tidak, diingatkan saja baik-baik, sebelum hidung dan wajah anda berubah merah.

Sleeping Beauty
Naik kereta di jam ramai itu melelahkan, saya akui itu. Kalau ada kesempatan untuk duduk dan tidur, saya cenderung akan tidur. Lumayan, ketika sampai di Bogor, lelah sedikit berkurang. Tapi untungnya saya bukan princess aurora yang harus dicium supaya bangun. Disenggol sedikit juga saya akan bangun.

Tidak semua seperti saya, banyak princess aurora di kereta. Wajar memang, banyak wanita yang sudah harus bangun pagi, mengurus rumah lalu mengejar kereta pagi. Pasti capek. Tapi rasanya kurang enak kalau karena ingin menjaga tempat duduk, harus jadi sleeping beauty yang sulit dibangunkan.

Lagi lagi saya iseng mengamati.

Orang yang memang tidur dan pura-pura tidur akan jelas bedanya. Orang yang tidur pulas akan menampakkan posisi duduk dan wajah yang absurd. Miring kanan, miring kiri, tangan jatuh dan juga hampir menganga (so do i, hehe). Kalau yang tidak tertidur pulas, posisi badan akan cenderung rapih dan siaga, kelopak mata akan sedikit bergerak dan setiap kereta direm, mereka akan bangun sebentar dan tidur lagi. (Ini hanya pengamatan iseng saya aja kok, tidak bermaksud menyinggung seseorang atau sesuatu)

Orang memaksakan diri untuk tidur cenderung tempatnya tidak ingin dibagi dengan orang lain. Sering saya lihat, sudah dibangunkan sebagaimanapun untuk bertukar tempat dengan orang yang membutuhkan (manula, ibu hamil, anak-anak) mereka akan tetap tidur dan terus tidur. Saya berpikir positif mereka sulit dibangunkan karena memang pulas, tapi pada akhirnya hasil pengamatan saya berkata lain.

Apa salahnya menolong orang, kita kan tidak selalu ada di posisi yang mampu berdiri tegap, suatu haripun kita akan butuh ditolong orang, butuh diberikan tempat untuk beristirahat.

Dari empat kategori diatas, kesannya masih jahat ya. Tidak semua wanita di gerbong wanita terus terusan menyusahkan orang lain kok. Banyak yang solidaritas tinggi, yang akan mengusahakan kita duduk walaupun harus sama-sama merasa sempit. Banyak yang mau membantu kita menghalau jalan supaya kita mudah untuk turun naik. Banyak yang bersedia jadi tempat berpegangan saat kita kesulitan berdiri. Jadi jangan juga terlalu takut. Saya menulis ini, supaya bisa jadi sama-sama pengingat untuk tidak membuat orang lain kesusahan karena ulah kita di kereta.

Selanjutnya ada masukan dari saya untuk para wanita yang baru mau memutuskan untuk naik kereta di gerbong wanita.
  1. Banyak-banyak bersabar, kurangi mengeluh kalau tidak ingin di bully secara batin. Sekali anda sekedar mengeluh “aduh penuh” , beberapa wanita lain akan menanggapi nya dengan sinis tiada akhir. Anda tidak sendirian dalam kelelahan anda.
  2. Jika sakit atau merasa kesulitan, berkata lah terus terang. Tidak semua wanita peka dengan kesusahan anda kalau hanya mengumbar gerakan saja.
  3.  Hindari pojok kereta dan sisi-sisi kereta yang terdapat besi tonggak kalau tidak ingin menjadi pepes.
  4. Jangan memakai parfum berlebihan, dan juga jangan lupa mandi. Kasihan orang yang menempel dekat dengan anda.
  5. Bersiap siaplah turun setidaknya dua stasiun sebelum stasiun tujuan jika kereta dalam keadaan penuh. Mintalah wanita lain bertukar tempat dengan anda sehingga anda lebih mudah mendekat ke pintu.


Yuk sama-sama jadi pengguna kereta yang bijaksana. Bantu orang yang kesusahan dan dan jangan membuat orang kesusahan :)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama