The Imitation Game : Movie Review

Pernahkan mendengar nama Alan Turing? Jika belum, berarti film berikut bisa jadi referensi untuk mengenal salah satu pelopor hadirnya komputer digital di dunia. Film ini berjudul The Imitation Game.





The Imitation Game, merupakan film yang menceritakan biografi singkat Alan Turing seorang ahli matematika, cryptanalist dan filsuf yang hidup di masa perang dunia ke-2. Film yang release di akhir tahun 2014 ini disutradai oleh Morten Tydlum dan diperankan oleh aktor dan aktris Inggris ternama seperti Benedict Cumberbatch yang memerankan Alan Turing, dan Keira Knightley yang memerankan Joan Clarke.

Plot

Film yang memiliki alur maju-mundur ini diawali dengan Alan Turing (diperankan oleh Benedict Cumberbatch) yang tengah duduk di ruang interogasi di Manchester Inggris tahun 1951 sambil memejamkan mata. Sebelum mulai bercerita ia berkata,

Are you paying attention? Good... If you're not listening carefully, you will miss things, important things. I will not pause, i will not repeat my self and you will not interrupt me. You think because you're sitting where you are and i am sitting where i am, that's you are in control what is about to happen? You are mistaken... I am in control.

Lalu cerita dimulai...

Fokus cerita adalah ketika Alan, mengajukan diri untuk bekerja pada pemerintahan inggris yang kala itu tengah berperang dengan Nazi Jerman. Ia melakukan wawancara dengan Komandan Denniston (diperankan oleh Charles Dance) namun mentah-mentah ditolak karena terlalu narsis (mengatakan sama cerdasnya dengan einstein karena diusia 23 tahun sudah menjadi profesor) dan ternyata tidak bisa berbahasa jerman. Namun akhirnya ia diterima karena mengetahui terlebih dahulu apa tepatnya pekerjaan yang akan ia kerjakan. Ia harus memecahkan kode sandi Jerman yang bernama Enigma.

Setiap hari nya Jerman mengirimkan siaran melalui Radio AM berupa kode dan kode tersebut harus dipecahkan untuk dapat mengetahui serangan dan memenangkan perang oleh Alan juga rekan-rekan terpilih lainnya (yang juga mengaku cerdas) , salah satunya Hugh Alexander (diperankan oleh Matthew Goode), John Cairncross (diperankan oleh Allen Leech)  dan Peter Hilton (diperankan oleh Matthew Beard). Saat rekannya yang lain sibuk menafsirkan kode secara manual, Alan menyendiri dan membuat rancangan mesin yang mampu memecahkan kode enigma sekaligus karena jika merunutkan semua kode enigma secara manual, butuh 20 juta tahun. Mesinnya itu tentu ditentang dan dipandang sebelah mata oleh rekannya yang lain. Terlebih karena budget nya yang mencapai 100.000 pound. Hal ini menambah kebencian rekan-rekannya dan Alan pun dicurigai sebagai mata-mata soviet.



Tak putus asa, Alan mencari dukungan kepada Winston Churcill, perdana menteri Inggris pada saat itu untuk mendanai alatnya dan akhirnya berhasil menjadi ketua tim menggantikan Hugh. Karena telah memecat dua orang anggota team yang lain, akhirnya Alan harus mencari dua anggota team yang baru. Ia mengadakan sayembara teka teki silang yang harus diselesaikan dalam waktu enam menit. Kandidat yang berhasil menyelesaikan secara mengejutkan salah satunya adalah seorang wanita bernama Joan Clarke (diperankan oleh Keira Knightley) yang mampu menyelesaikan dalam waktu 5 menit, padahal Alan sendiri mampu menyelesaikan dalam 8 menit.

Joan akhirnya bergabung dan menghabiskan banyak waktu berbicara dengan Alan dan mesinnya yang bernama 'Christopher'. Masalah pertama datang ketika 'Christopher' yang sudah dijalankan berhari-hari tak juga berhenti pada kode yang tepat, hingga akhirnya ia dimatikan secara paksa oleh Komandan Denniston dan tim nya yang melakukan razia. Berkat dukungan dari Hugh dan kawan-kawan, mereka mendapatkan waktu lebih selama satu bulan untuk membuktikan bahwa mesin itu dapat berjalan. Jika tidak mereka semua akan diusir dari Bletchley Park.



Dalam kondisi yang sedikit frustasi, Joan yang kerap kali menjadi teman berpikirnya mengatakan ingin mengundurkan diri karena perihal orang tuanya. Ia wanita lajang yang hidup sendirian dan orang tuanya khawatir maka ia harus pulang. Alan yang tak ingin itu terjadi, lalu melamarnya untuk bertunangan dengan cincin yang dibuatnya dari kumparan tembaga. Mereka pun resmi bertunangan dan berencana untuk menikah.




Hampir satu bulan berlalu dan mesin turing itu belum juga menampakan hasil. Hingga malam itu ketika semua kru tengah asik minum di kafe, Alan tiba-tiba berlari keluar setelah mencerna baik-baik omongan salah satu teman wanita Joan, sambil berkata 

"Dan hal itu yang akan membuat Jerman kalah perang"

Semua rekannya panik dan langsung berhambur mengikutinya. Alan berhasil menemukan kemungkinan bagaimana memecahkan Enigma dan agar mesinnya itu dapat berjalan benar. Setelah mencobanya diikuti dengan perasaan gugup yang amat sangat oleh semua rekannya, mesin Alan akhirnya berhenti di kode tertentu. Alan langsung mencoba memasukannya kedalam mesin enigma dan tak diduga, berhasil. Enigma berhasil dipecahkan.


Namun cerita tak berhenti sampai disitu, setelah berhasil memcahkan pun hal ini harus dirahasiakan untuk mencapai strategi perang yang tepat meski beberapa orang, kapal dan peralatan lainnya harus dikorbankan. Romansa antara Joan dan Alan pun harus berakhir karena Alan akhirnya mengakui bahwa ia adalah seorang Homoseksual yang pada masa itu merupakan suatu kejahatan.   

Plot pun sempat mundur kembali pada masa kecil Alan yang menjadi korban bully dan hanya mempunyai seorang teman bernama Christopher. Kemudian plot kembali maju saat ia tengah berada di ruang interogasi polisi bersama Detective Robert Nock (diperankan oleh Rory Kinnear). Setelah mendengar cerita Alan, ia bertanya pada sang Detektif, Apakah dia ini?

Di tahun-tahun terakhirnya Alan divonis untuk kasus homoseksualnya. Hakim mengajukan untuk terapi hormonal atau penjara dan Alan memilih terapi hormonal, semata-mata agar ia terus bisa mengembangkan mesinnya menjadi suatu komputer digital. Namun terapi hormonal itu cukup menyiksa dirinya, bahkan membuatnya tak mampu berpikir cepat ketika Joan memintanya mengisi teka-teki silang.



"Do you know, this morning I was on a train that went through a city that wouldn't exist if it wasn't for you. I bought a ticket from a man who would likely be dead if it wasn't for you. I read up, on my work, a whole field of scientific inquiry that only exists because of you. Now, if you wish you could have been normal... I can promise you I do not. The world is an infinitely better place precisely because you weren't."   

Ucap Joan ketika Alan berkata ia berusaha untuk normal, dan benar saja, jika tidak terpecahkan enigma itu, mungkin perang bisa berlangsung lebih lama dari seharusnya.

After Watch 

Sayangnya hingga sekarang tidak ada tanda-tanda The Imitation Game akan tayang di bioskop Indonesia, saya pun terpaksa (tapi senang) menonton versi ilegalnya alias versi download.

Karena ini merupakan film biografi jadi jangan terlalu berharap ada adegan epic, walau begitu yang saya rasakan durasi 1 jam 50 menitan tidak terasa membosankan untuk ditonton. Akting para pemainnya bagus dan settingnya pun tidak monoton.

Adegan yang paling saya suka adalah ketika Alan berhasil menyadari suatu kemungkinan untuk Mesin Christophernya itu lalu langsung berhambur keluar bersama rekannya yang lain dan akhirnya Enigma berhasil dipecahkan. Ada perasaan ikut senang melihat ekspresi mereka yang awalnya cemas berubah menjadi kepuasan yang luar biasa.

Saya juga suka figur Joan Clarke yang sepertinya cerdas sekali sebagai seorang wanita meskipun berada di lingkungan yang berisi laki-laki lain yang juga cerdas.

Jadi film ini bisa menjadi salah satu tontonan yang cukup seru untuk awal tahun ini.

Dan selalu ingat :

  Sometimes it is the people who no one imagines anything of who do the things that no one can imagine.











Post a Comment

Lebih baru Lebih lama