Tayangan Sejarah Islam

Hari ini, saat saya sedang duduk di depan layar komputer, menunggu email masuk, tiba-tiba terpikir oleh saya soal tayangan di televisi. Tayangan yang saya maksud adalah tayangan drama seri negeri di Asia Selatan sana yang sekarang sedang menduduki puncak ratting televisi. Saya pernah membahas disini bahwa saya termasuk penonton salah satu drama seri nya yaitu Mahabharata, kenapa? Terus terang saja, jika dibandingkan dengan drama seri lokal, drama seri mereka lebih bagus dari soal kualitas akting dan segala pendukung ceritanya. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas.

Kebanyakan dari drama seri tersebut menceritakan soal sejarah penting dalam kepercayaan hindu. Mahabharata misalnya, menceritakan soal kisah perang yang tercatat dalam sejarah hindu. Walaupun dalam ceritanya ditekankan soal konflik perang, bukan ajaran agama nya yang dominan, tapi disela-sela cerita ada pemahaman kepercayaan mereka yang disisipkan.

Itu contoh yang tidak dominan, 

Apalagi kalau drama seri yang sudah jelas menampilkan biografi dari salah satu yang dipuja pada kepercayaan mereka, dewa-dewa misalnya. Tak perlu saya tonton pun, saya tahu isinya pasti dominan tentang ajaran dalam Hindu.

Tak salah juga jika ada tayangan seperti itu, itu hak mereka sepenuhnya dalam menyiarkan kepercayaan mereka selama tidak memaksakan kepada kepercayaan yang lain. Toh, saya pun masih punya filter yang bagus untuk mana yang boleh saya tonton mana yang tidak.

Lalu kemudian saya berpikir, 

Mengapa sejarah-sejarah islam juga tidak dipublikasikan seperti itu? Sekarang ini kan televisi sudah menjangkau semua kalangan masyarakat dan bisa menjadi media penyiaran yang bagus. Bahkan bisa menjangkau milyaran orang di dunia ini. 

 http://static.guim.co.uk/sys-images/Guardian/Pix/pictures/2013/12/20/1387543073152/Watching-TV-008.jpg

Perlu usaha yang tidak sedikit memang untuk menghasilkan film atau serial jika berkenaan dengan sejarah islam. Harus ada badan pengkajian berlapis, agar saat dihadirkan ke pasar, tidak ada penyampaian yang menghasilkan pemikiran yang salah. Tapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan toh?

Selain itu, kita Indonesia ini kan, jumlah muslimnya tidak sedikit, tidak sedikit pula yang punya pemahaman sejarah islam yang matang. Lahirnya tayangan dari mereka yang punya pemahaman bisa meningkatkan kualitas tayangan itu sendiri. Jadi kejadian jalan cerita yang diputar balikan seperti yang terjadi pada cerita King Suleiman bisa ditiadakan.

Ngomong-ngomong soal tayangan King Suleiman,

Awalnya saya tidak berniat menonton serial ini karena dari awal sudah banyak yang menentang, tapi saya semakin penasaran dan ingin tahu seberapa salah penggambaran Raja Suleyman Al Qanuni di serial ini. 
Ok seperti yang saya bilang, kelebihan dari drama seri mereka itu adalah soal setting film yang tidak setengah-setengah. Sisi tersebut, patut untuk dipuji. Tapi soal jalan ceritanya, saya rasa memang ada yang salah. Salah disini bukannya karena Suleyman Al Qanuni tidak punya kesalahan untuk dibahas, melainkan penekanan soal sisi buruknya dan justru sisi hebatnya dikaburkan. Dalam sepengetahuan saya, memang sang Raja punya lebih dari satu permaisuri, dan serial ini justru menekankan soal konflik antar permaisurinya tersebut bukan kisah kejayaan sang Raja sendiri. Figur raja pun akhirnya jadi bergeser. Dan yang paling saya benci, semua wanita digambarkan mengenakan pakaian yang terbuka hingga bagian dadanya harus disensor. 

Selidik punya selidik serial ini diadaptasi dari novel The Sultan's Harem karya Colin Falconer (saya masih mencari sumber yang valid untuk hal ini ).

Ini yang saya maksud, tidak kah lebih bagus bahwa ketika memutuskan untuk membuat tayangan soal sejarah islam, kita sebagai muslim ini yang berada di balik layarnya? Colin Falconer setahu saya bukan seorang muslim. Memang sih diluar sana mungkin ada saja seorang beragama lain yang mempelajari agama dan sejarah islam ini dan mungkin banyak yang mereka tahu, tapi jika kita sendiri yang menggarap, tidakkan tingkat validitas nya lebih tinggi?

Sekarang jika dikatakan tayangan dibuat semenarik mungkin untuk mendapatkan ratting sehingga harus mengubah beberapa aspek sejarah, saya rasa hal itu tidak seharusnya dilakukan, dan tidak perlu. Sejarah islam itu menarik, sangat-sangat menarik. Entah kisah kepahlawanan atau kisah romansa pun semuanya sanggup menggetarkan hati. Saya yakin jika ditayangkan, tak perlu takut rattingnya turun atau kecil.

Ada batasan yang memang perlu diambil, hal yang memang tidak boleh digambarkan, seperti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Bahkan saya sempat berpikir apakah sebetulnya tidak boleh, benar-benar tidak disarankan untuk mengadaptasi sejarah islam ini dalam bentuk tayangan visual? Saya masih mencari terus informasinya dan mempertimbangkan banyak hal, tapi sejauh ini sepertinya tidak masalah selama semua detil dari sejarah tidak diputar balikan.

Saya masih berharap kisah-kisah yang pernah saya baca bisa muncul di televisi, ditonton oleh siapa saja diseluruh dunia dan mereka tahu bahwa kami punya sejarah yang indah, peradaban yang luar biasa yang mampu mengubah dunia. Tayangan itu lebih baik dari drama-drama menyebalkan yang isinya binatang buas.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama