People Around The Train (Old Post)

Ditulis 1 Februari 2012 , Dicopy dari notes facebook

Kalau dipikir-pikir hari ini mungkin hari terakhir resminya saya berhenti Prakerin (bahasa gaul nya : magang). Mungkin tidak hanya saya tapi juga teman-teman seantero negatron. 3 bulan menjalani prakerin, saya pribadi punya banyak pengalaman yang bisa diceritakan. Ya kesel, ya senang, ya lebai, ya macam-macam bersama rekan saya si butet Aldonna Jasa Prima. Tapi diantara banyak cerita, saya pikir tentang kereta adalah yang paling menarik.

Setelah melalui banyak pertimbangan, akhirnya waktu itu saya memutuskan untuk memilih kereta sebagai transportasi rutin menuju pasar rebo. Pertimbangan utama bukan karena kenyamanan sebetulnya, tapi masalah piti alias duit. Bis bogor pasar rebo sebetulnya jauh lebih nyaman untuk kerja, tapi cukup tajam untuk membunuh isi dompet. Kereta punya paket bulanan khusus siswa yang unlimited dan harga nya murah. Masalah nyaman? Hmm..

Untuk yang belum tahu, saat ini kereta atau yang biasa disebut KRL punya dua jenis, ada Ekonomi dan Commuter. Seperti namanya, tentunya sudah bisa ditebak, ekonomi lebih murah daripada commuter juga lebih tidak nyaman. Nah kalau yang jarang naik kereta dan masih galau mau naik kereta apa, mungkin cerita saya bisa jadi teaser.

Ekonomi

Bulan pertama saya dan si butet gagal mendapatkan paket bulanan untuk pelajar atau disebut KLS (backsound : Jangan menyerah.. jangan menyerah.. jangan menyerah..aaah). Nah kita berpikir kalau mau ambil commuter yang sekali naik 7000 dan pulang balik 14000 buat kereta saja, itu sungguh membunuh isi dompet. Akhirnya kita memantapkan untuk mencoba ekonomi yang Cuma 2000 perak.

Saya sebelum ini sudah sering naik kereta, sering juga ekonomi yang yah bisa dibilang agak kacau. Setau saya memang agak kacau, pintunya sudah tidak bisa menutup, kotor, lampunya mati. Ah Cuma segitu saja , saya pikir. Satu hal yang salah dari pemikiran saya ini adalah, saya tidak menyadari kalau biasanya saya naik kereta siang hari. Sedangkan sekarang saya menggunakannya pagi hari. Kereta ekonomi pagi itu bukan cuma agak kacau. But it’s a disaster.

Dari bogor semuanya masih aman terkendali. Walau ga pernah dapat tempat duduk tapi masih nyaman untuk berdiri. Masuk stasiun kedua Cilebut, kereta mulai penuh. Begitu terus, tiap stasiun sampai akhirnya benar-benar penuh. Mungkin perlu saya kasih penekanan sedikit : PENUH CIIIN !!!!

Penuhnya keterlaluan. Bahkan anggota tubuh yang bisa digerakkan Cuma jempol kaki sama bulu mata. Saya sempat berpikir mungkin ada artis naik ini kereta jadi banyak masa naik juga mau liat si artis. Tapi kemudian saya buang jauh-jauh karena kemungkinannya minus. Saya bakal benar-benar masih kalem kalau penuh tapi orang-orang disekitarnya juga kalem. Tapi kenyataannya.. well bukannya saya ngeledek tapi aneh-aneh.

Kebanyakan dari penghuni kereta ekonomi saya ragukan mereka sudah mandi. Ya tapi waktu itu saya coba berpositif thinking mungkin mereka kerja di pabrik cuka ngambil shift malam dan bau nya ngikut pas paginya di badan. Baiklah saya tahan. *ambil nafas panjang*. Tapi kemudian ada lagi bau yang mengganggu dan saya sendiri bingung mengapa mereka harus melakukan hal itu. Ini benar-benar aneh. Kebanyakan dari mereka akan mengambil nafas kemudian mengeluarkan lewat mulut tanpa peduli di depannya ada orang yang punya hidung.

“ Haaahh”

Astagfirullahaladzim...

*Nutup Hidung*

Mungkin saya tidak perlu menceritakan seperti apa aromanya (yang jelas bukan tutti fruti). Kegiatan ini dilakukan banyak orang dikereta. Satu “ Haaah” dua “ Haaah” dan hitung saja separuh penghuni gerbong begini. Bayangkan yang terjadi.

Dan sekarang saya mengerti mengapa tukang masker begitu naik daun.

Kebanyakan orang dikereta ini sudah punya gerbong langganan karena setiap saya digerbong satu, orang nya ini- ini lagi, gerbong lima,orang nya yang kemarin lagi. Dan akhirnya mereka seperti membuat geng. Ga mau kalah sama anak SMA. Contohnya di gerbong delapan, ada geng gapleh. Mungkin mereka berkhayal gerbong kereta adalah meja judi di las vegas dan akhirnya kekeuh main. Kereta jalan, orang desak-desakan mereka main gapleh sambil teriak-teriakan. Papan gaplehnya? Kalau ga koran ya paha orang.

Ada lagi geng , ah saya bingung menyebut geng apa. Mereka sering di gerbong delapan, berhubung saya juga sering di gerbong delapan waktu itu, saya sedikit banyak lumayan hapal. Aktifitas geng ini agak aneh, cenderung (maaf) mesum. Mereka yang terdiri dari bapak-bapak dan satu wanita sering ada di kereta pojokkan. Ngomongnya agak jorok (yang jelas bukannya ngomongin sampah). Oh iya saya bukannya sengaja mendengarkan, tapi berhubung mereka ngomongnya teriak-teriak, saya yakin seantero gerbong dengar. Pernah suatu kali saya menengok kearah mereka dan tahu apa yang mereka lakukan? Bapak-bapaknya megang-megang (maaf) dada nya wanita yang satu itu.

Pengen banget loncat keluar. Jujur saya takut. Keadaannya memang sangat-sangat tidak kondusif. Seperti kata saya tadi, kalau cuma penuh saya pasti bisa tahan tapi kalau begini, cukup kuat alasan saya untuk tidak memilih kereta ini. Banyak hal aneh lain yang ga perlu saya ceritakan karena orang mungkin pasti sudah tahu, misalnya copet.

Tapi naik kereta ini membuat saya sadar satu hal yaitu betapa Indonesia punya pemuda dengan nyali dan otot yang kuat.

Kok bisa?

Coba perhatikan tuh diatap kereta. Pemuda-pemuda yang naik diatap yang menantang desau angin (ceilah). Pikirkan bagaimana cara mereka naik. Mereka panjat-panjatan persis kayak spiderman. Tentunya diperlukan kekuatan tangan kalau ga mau jatuh. Dan meski sudah diperingatkan, meski sudah banyak poster gambar orang tanpa tangan dan kaki yang gosong, mereka masih naik. Coba, besar ga tuh nyali?. Mungkin begitu diatas sambil kereta jalan, mereka akan membusungkan dada, merasa gagah berani kemudian berteriak :

“ I’m the king of the world”

Commuter Line

Bulan berikutnya saya dan si butet berhasil mendapatkan KLS ( backsound : We are the champion...). Dan berarti bisa menikmati fasilitas Commuter line sepuas hati. Kereta ini memang yang paling bagus seantero Jabodetabek. Sofa empuk, Full AC, ga bau, pintunya otomatis, nyaman lah.

Kalau anda-anda sekalian suka baca manga atau nonton anime, dan ada adegan naik kereta, anda-anda sekalian telah melihat seperti apa commuter line. Persis. Saya sempat berpikir betapa PT KAI hebat sampai-sampai commuter line bisa masuk anime, tapi selanjutnya saya menyesali betapa bego nya saya. Miris. Ternyata itu kereta bekas jepang.

Sudah senang-senang bisa dapat KLS, ternyata ada masalah lain. Saya yang dibolehkan memakai pakaian bebas pas magang tentunya pakai pakaian bebas. Hal ini mengundang masalah yang kira-kira seperti ini :

*masuk stasiun nunjukin KLS*

Petugas : Masih sekolah?
Saya : Iya pak masih . Saya lagi magang
Petugas : kelas berapa?
Saya : empat
Petugas : “....”
Saya : Smakbo empat tahun pak. Saya lagi magang
Petugas : Dimana?
Saya : Pasar Rebo
Petugas : Besok bawa surat magangnya ya?

Apa apaan ini. Segitu tidak percayanya dia sama saya. Kadang malah petugasnya masang muka senga ga percaya campur ngeledek dengan nada yang nyebelin : “ Oh sekolah..Oh..”
Pengen saya ulek mukanya.

Anyway , naik commuter line juga bukan berarti jaminan terbebas dari hal aneh. Commuter line juga penuh walau Orang-orang di commuter memang better dari ekonomi. Rapih , wangi, bersih. ada gerbong khusus wanita di commuter line. Pangkal dan ujung. Saya benar-benar udah malas desak-desakan sama bapak-bapak jadi setiap hari saya di gerbong wanita.

Gerbong wanita ga kalah aneh dari kereta ekonomi. Ibu-ibu disini perkasa-perkasa. Walau tetap naluri cemprengnya masih ada. Lagi sempit-sempitan terus kereta ngerem, otomatis badan langsung condong semua. Seantero gerbong langsung berisik.

“ Aaah Aduh aduh.. “
“ Masya Allah ya Allah”
“ Aduh ibu jangan dorong-dorong dong sempit nih”
Disauitin lagi sama yang satu
“ kalau mau lega naik pesawat pribadi deh bu.”
Disautin lagi
“ Ih suka-suka saya bu. Sirik aja.”
Disautin lagi.

Dan begitu terus sampai kiamat.

Di gerbong wanita juga harus sabar sabar menghadapi wanita lain. Biasanya kan naluri bersaing wanita lebih tinggi sama kayak sensitifitasnya. Ada aja ibu-ibu yang bikin kesel. Sering ibu-ibu itu bawa singgasana pribadi alias kursi lipat buat duduk. Aktifitas satu ini sebetulnya dilarang karena emang mengganggu. Orang-orang capek berdiri desak-desakan dia enak-enakan duduk dan mempersempit lahan berdiri. Dan yang paling nyebelin mereka kalau sudah kesenggol dikit marah-marah. Lah siapa suruh duduk di lantai?

Kalau saya lagi PMS, kadang saya berpikir untuk jegal kaki kursi lipatnya, terus dia jatuh, berdiri lagi, jegal lagi, jatuh lagi, berdiri lagi, jegal lagi, jatuh lagi. Jahat banget. (becanda kok)
*masukin tanduk*

Ibu-ibu ini memang perkasa. Mereka akan lakukan apapun supaya bisa masuk kereta meski didalam kereta, kita udah kayak kue apem. Dorong kanan, selip kiri. Kadang malah hampir kejepit pintu. Termasuk nyikut orang. I’m a victim. Sering banget saya jadi korban aniaya ibu-ibu. Ya perut ya pinggang, sengaja banget disikut. Yang paling parah waktu pertengahan januari. Saya sudah siap-siap turun di tanjung barat. Begitu pintu terbuka seorang ibu-ibu udah siap siap ambil ancang-ancang lari dari luar kereta. Dia persis pemain rugby yang lagi main. Perut saya ketonjok sikut dia, muka ketampar tas tangan. Miris.

Ibu-ibu dibelakang dia sampai geleng-geleng.

Sakit men. Asli sakit. Sepanjang jalan ke pasar rebo, saya mual, perut sakit. Rasanya persis kayak dulu ditendang temen pas latihan silat. Huek.

Dan mereka akan menjadi lebih perkasa untuk mendapatkan sebuah singgasana atau tempat duduk. Saya sering kesalip untuk dapat tempat duduk karena mereka lebih perkasa. Padahal harusnya itu jatah saya karena yang kosong tepat didepan saya. Saking perkasanya , pernah saya dicegat pakai lemparan tas saat saya mau duduk di kursi kosong tepat didepan saya berdiri.

Agak susah memang dijelasin. Jadi dia melempar tasnya ke kursi kosong itu supaya saya ga duduk dan dia yang duduk. Padahal jarak tempat dia berdiri itu 4 orang dengan tempat saya. Bayangkan kalau tas nya kena ibu-ibu lain. Ckck segitunya.

Ada lagi salah satu spesies commuter line genus gerbong wanita. BB mania. Sebelumnya saya kasih tahu BB itu Blackberry, ponsel yang lagi-in saat ini bukannya Bedak baru atau Bebek baru. Jauhkan pikiran anda dari prasangka singkatan lain.

Wanita BB mania ini jenis wanita yang akan cetak-cetik BB terus tanpa peduli disekitarnya ada apa. Bahkan mungkin kalau separuh gerbong terbakar, dia ga akan nyadar dan masih cetak-cetik ngapdet status : “Kok ada panas-panas ya? Aduh neraka bocor. Wkwkwkwk”

Kasian.

Kereta ngerem, badan condong kanan dia masih cetak-cetik, kiri dia masih cetak cetik, nukik dia masih cetak cetik. Abis nginjek kaki orang dia juga masih cetak cetik BB. Suatu kali pernah kelingking saya bengkak seharian gara-gara diinjek orang di kereta. Waktu itu saya nengok kebawah dan ternyata mbak yang injek kaki saya pake heels tujuh senti. Pantes. Mbak ini, biar lebih dramatis kita kasih nama deh. Panggil aja sutarji. Sutarji ini dari masuk dia cetak cetik BB. Abis nginjek kaki saya juga dia ga liat kanan kiri , masih fokus ke BB. Boro2 minta maaf.  Kejadian kayak gini ga Cuma sekali, berkali-kali sampe mungkin semua jari kaki saya sudah pernah dicium heels atau sol orang.

Saya pernah bertanya-tanya apa yang ada di BB orang-orang itu sampai-sampai matanya ga berpaling. Foto brad pit kah? Joe jonas? Keanu reeves? Atau soimah?. Who knows. Saya ga mau fudul.

Yah masih banyak lagi kejadian aneh yang ada di kereta terutama commuter. Dari semuanya saya suka sama angkutan massa yang satu ini. Karena bisa angkut banyak orang, cepat dan menjangkau metropolitan. Mari kita berharap kereta akan menjadi yang lebih baik lagi di lain hari.
Keren.


Post a Comment

أحدث أقدم