Procrastination

Procrastination, dalam bahasa indonesia dikenal dengan Prokrastinasi adalah suatu kebiasaan menunda tugas berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”. yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. 

Prokrastinasi dipandang sebagai suatu respon tetap dalam mengantisipasi tugas-tugas yang tidak disukai dan dipandang tidak diselesaikan dengan sukses. Dengan kata lain penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang menetap, yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi suatu tugas dan penundaan yang diselesaikan oleh adanya keyakinan irasional dalam memandang tugas.

Untuk selanjutnya , perilaku prokrastinasi disebut prokrasinator. Burka & Yuen (2008: 8), menjelaskan ciri-ciri seorang prokrastinator antara lain:
1. Prokrastinator lebih suka untuk menunda pekerjaan atau tugas-tugasnya.
2. Berpendapat lebih baik mengerjakan nanti dari pada sekarang, dan menunda pekerjaan adalah bukan suatu masalah.
3. Terus mengulang perilaku prokrastinasi
4. Kesulitan dalam mengambil keputusan.


Seorang prokrastinator pada akhirnya menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.

Terbentuknya tingkah laku prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: konsep diri, tanggung jawab, keyakinan diri dan kecemasan terhadap evaluasi yang akan diberikan, kesulitan dalam mengambil keputusan, pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas, kurangnya tuntutan dari tugas, standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan individu. Kondisi lingkungan yang tingkat pengawasannya rendah atau kurang juga akan menyebabkan timbulnya kecenderungan prokrastinasi, dibandingkan dengan lingkungan yang penuh pengawasan.

Pada akhirnya prokrastinasi akan menghasilkan dampak negatif seperti menambah beban pikiran, menjadikan kita pribadi yang mudah tertekan, cemas dan hasil yang kurang maksimal dalam pekerjaan. Sekalipun seandainya seorang prokrasinator mampu menyelesaikan pekerjaannya di sedikit waktu yang tersisa, pasti hasilnya tidak akan maksimal.

Dalam islam sendiri, dijelaskan bahwa baiknya suatu pekerjaan itu diselesaikan segera. 
 
"Barang siapa yang suka melambat-lambatkan pekerjaannya maka tidak akan dipercepat hartanya." (HR Muslim)
 
Maka ternyata, tidak ada hal baik yang datang dari kegiatan menunda pekerjaan ini.
Saya sendiri sadar ternyata termasuk seorang prokrasinator. Dalam berbagai kesempatan saya sering menunda pekerjaan untuk hal yang lebih saya suka, padahal prioritasnya lebih rendah. Meskipun pada akhirnya semua berhasil saya kerjakan, tapi salah satunya pasti tidak memiliki hasil yang maksimal. Saya cuma bisa meratapi di belakang "Andai saya kerjakan di awal"

Prokrastinasi ini bukannya tidak bisa dihilangkan, tapi memang usaha yang dipertaruhkan sangat besar, mengingat hal ini dikategorikan sebagai kebiasaan. Satu atau dua kali pasti terulang lagi, tapi jika sudah berusaha, kebiasaan yang baru akan segera terbentuk.

Tantangan pertama seorang prokrastinator menanggalkan gelarnya, adalah keinginan untuk berubah yang ditunda. Terucap pula, " Saya akan berubah, tapi mulai besok saja." 
 
 

Jika sudah begitu, kita bisa pahami ayat berikut

"Dan bersegeralah kalian menuju ampunan dan syurga Allah, yang luasnya seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan bagi orang-orang bertaqwa”  [QS Ali-Imran : 133]
 
Berubah menjadi benar, sudah diperintahkan untuk disegerakan dan ganjarannya tidak tanggung-tanggung, surga Allah yang seluas langit dan bumi. Sampai disini tantangan tidak berakhir. Perubahan selalu diikuti oleh bisikan-bisikan untuk kembali lagi kepada kebiasaan yang lama. Tapi dengan tahu hal yang benar, seandainya pun kita sempat kembali melakukannya, ada semacam pengingat yang bisa menghindarkan kita setiap harinya. Biasakan mengingat akan menambah kekuatan kita dalam merubah kebiasaan yang buruk.

Membuat daftar urutan pekerjaan juga bisa membantu seorang prokrastinator menanggalkan gelarnya. Salah seorang teman saya kerap kali 'mengabsen' apa yang hendak dikerjakannya hari ini, yang mana itu jarang saya lakukan. Setelah saya mencoba, hal tersebut dapat membantu saya mengingat bahwa saya masih punya pekerjaan yang lebih penting untuk diselesaikan. Lebih sering diingatkan ternyata cukup membantu kita menghindari penundaan.





Banyak cara-cara berbeda yang seorang prokrastinator lakukan untuk menanggalkan gelarnya, karena meskipun mempunyai gelar yang sama, tiap orang punya cara berbeda untuk dilakukan. Perbanyak konsultasi kepada mereka yang bukan seorang prokrastinator.

Yuk sama-sama lawan prokrastinasi !



Picture Source : 9gag

Data Source : Link

Post a Comment

أحدث أقدم