Karena sebelumnya postingan saya isinya galau terus, mari beralih ke yang lebih berisi sedikit hehe...
Tadi malam seorang teman mengirimkan gambar ini lewat media chat.
Ada sebuah event bernama HOLI Water Festival yang akan diadakan pada tanggal 1 maret mendatang. Singkatnya ini adalah festival yang agenda nya semprot-semprotan air dan ciprat-cipratan warna yang berasal dari India.
Ada yang aneh?
Tidak terlalu sih, hanya saja hal ini mengingatkan saya dengan tayangan Jodha Akbar beberapa minggu lalu. Di episode tersebut diceritakan sedang dilakukan festival Holi, yang dilakukan oleh pemuja dewa Krisna. Disana semuanya saling lempar-melempar bubuk warna satu sama lain.
Waktu itu, setelah selesai menonton episode tersebut, saya langsung teringat soal tren color run, acara lari yang dilengkapi acara tebar menebar warna.
"Mirip sekali, apakah mengadaptasi dari hal yang sama ya?" Pikir saya waktu itu.
Well, karena nampaknya kegiatan ini merupakan budaya ajaran tertentu, yuk kita dalami sedikit lagi supaya tidak salah mentafsirkan.
Kalau dari beberapa portal berita dan cerita di beberapa blog orang-orang yang pernah ikut langsung di India sana, bisa saya rangkum seperti ini :
Holi Festival atau yang lebih populer dengan sebutan Festival Warna adalah sebuah perayaan untuk menyambut datangnya musim semi. Perayaan ini rutin diadakan sebagai perayaan keagamaan oleh umat Hindu di India dan beberapa negara yang memiliki agama Hindu sebagai agama mayoritas penduduknya, seperti Bangladesh, Pakistan, dan Nepal.
Setiap tahun, ribuan umat Hindu merayakan festival Holi ini dan biasanya dirayakan untuk beberapa tujuan. Tujuan yang pertama adalah untuk menyambut dan merayakan awal musim semi. Festival penyambutan ini dirayakan untuk mengharapkan hasil panen yang baik dan tanah yang subur. Umat Hindu percaya bahwa musim semi adalah saatnya untuk menikmati berbagai warna yang menggambarkan keceriaan dan pengharapan.
Tujuan kedua yaitu untuk tujuan keagamaan dimana masyarakat Hindu di India berdoa secara besar-besaran kepada para dewa untuk memohon kelancaran hidup selama setahun ke depan.
Puncak perayaan Holi disebut Dhulheti, Dhulandi, atau Dhulendi. Pada hari itu, orang merayakan Holi dengan saling melemparkan bubuk berwarna-warni atau saling menyiramkan air suci. Api unggun yang dinyalakan pada malam sebelum Holi disebut Holika Dahan (kematian Holika) atau Chhoti Holi (Holi kecil). Sejarahnya, api dinyalakan untuk mengenang peristiwa lolosnya Prahlada ketika ingin dibakar oleh Holika (saudara perempuan Hiranyakasipu). Holika terbakar dan tewas, namun Prahlad yang penganut setia Dewa Krisna selamat tanpa luka.
Ok, cukup sampai disini dulu deskripsinya. Sebelumnya saya mohon maaf, jika deskripsi saya tentang perayaan keagamaan ini ada yang salah dan komentar saya terima dengan senang hati. Maklum, saya pun tidak terlalu tahu banyak.
Setelah saya baca, Holi ini salah satu perayaan keagamaan umat hindu. Didalamnya sudah ada bentuk tujuan keagamaan umat Hindu, jadi perayaan dibuat sebagai salah satu bentuk ibadahnya mereka juga. Walaupun mungkin kebudayaan ini mungkin bercampur dengan kebudayaan teritorial (karena berasal dari India) tapi didalamnya kental berisi pemujaan umat hindu kepada Dewa Krisna.
Sekarang, ada festival serupa di Jakarta.
Bukan suatu masalah, tentu bukan, itu kebebasan umat india-hindu yang ada di Indonesia untuk melaksanakan perayaan keagamaan mereka. Menurut saya yang jadi masalah, kalau kita yang muslim ini ikut-ikutan. Karena jelas itu salah satu perayaan keagamaan umat lain.
Saya sendiri sedikit bingung, adanya acara ini di Jakarta yang terbuka untuk umum dan bukan terbatas untuk umat hindu saja, tidak ada perdebatan yang berarti lho.
Berbeda kalau soal datangnya hari natal, atau hari besar umat nasrani lainnya, reminder untuk tidak ikut-ikutan ada dimana-mana.
Atau contoh lain,
Orang-orang pasti berteriak keras-keras soal larangan ikut-ikutan memakai aksesoris natal seperti ini :
Tapi jarang yang teriak untuk aksesoris ini :
Padahal sama-sama bentuk barang yang dipakai untuk umat lain yang punya makna sendiri didalamnya.
Kadang suasana yang saya lihat, bahwa umat lain yang orang ramai-ramai bicarakan terlarang untuk diikuti itu seperti cuma nasrani. Sekali lagi, kelihatan seperti itu lho ya, bukan yang sebenarnya. Karena seringkali perdebatan isinya tentang kita dan nasrani, tentang budaya nasrani, dan semuanya. Jarang yang memperhatikan atau keluar bacotan semalam suntuk soal umat lain selain nasrani.
Mungkin karena umat nasrani jumlah nya juga salah satu yang paling banyak di dunia. Mungkin...
Tapi menurut saya, pada akhirnya ayat ini
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamu, dan untukkulah agamaku.”
Tidak mengatakan soal nasrani saja, atau umat tertentu lainnya.
Semua yang bukan akidah kita, tidak sepatutnya kita ikuti, sedikit ataupun banyak.
Sekarang kebebasan beragama kan sedang dijunjung tinggi, termasuk didalamnya kebebasan untuk melakukan pemujaan terhadap keyakinan masing-masing ditempat terbuka. Termasuk media elektronik yang paling mudah dijamah orang banyak untuk syiar kepercayaan masing-masing. Seperti hal nya kita yang punya acara dakwah di TV, umat lain pun punya.
Semua itu lagi-lagi ga melulu soal nasrani, banyak budaya yang sudah tercampur dari keyakinan lain. Yang bahkan sekarang sudah bebas muncul di tayangan sehari-hari. Dan kalau kita tidak punya filter yang bagus untuk hal itu, akan mudah kita terbawa, sedikit-sedikit mengikuti trend mereka budaya mereka. Filter nya berupa pengetahuan, tahu mana yang boleh diikuti dan tidak.
Seperti festival Holi ini, saran saya sih tidak usah ikut-ikutan, hehehe. Lebih baik waktunya digunakan untuk memperdalam soal keyakinan sendiri daripada orang lain punya. Dengan membiarkan mereka melakukan festival itu dalam keadaan aman, menurut saya itu salah satu bentuk toleransi beragama tanpa perlu jadi ikut-ikutan.
Saya bercerita soal ini, bukan karena benci umat lain, tidak pernah. Saya sendiri hidup dari keluarga dengan kepercayaan yang beragam. Punya banyak teman dengan kepercayaan yang berbeda, bahkan punya seorang sahabat baik yang beragama Budha. Kita bisa hidup bersama-sama tanpa harus memaksa mengikuti satu sama lain. Urusan ajaran, urusan kepercayaan biarlah jadi pegangan masing-masing.
Mungkin sesekali ada dari mereka yang 'iseng' mengajak untuk ikut budaya mereka yang kelihatannya tidak terlalu agamis.
Tapi saya tahu, bahwa itu sebenarnya bagian dari keagamaan mereka dan karena itu saya bisa menolak. Kalau tidak tahu mungkin dengan senang hati ikut-ikutan saja.
Makanya, menurut saya tahu itu penting.
Banyak budaya yang tidak terlalu terlihat unsur rohaninya tapi ternyata berupa perayaan keagamaan suatu umat. Atau suatu acara yang mengandung unsur tersebut didalamnya. Mungkin seperti festival Holi ini.
Jadi mari perbanyak baca buku, cari literatur, buka wawasan kita terhadap budaya bangsa lain dengan niatan untuk mengetahui hal yang salah yang harus kita lawan. Tentunya imbangi dengan mendalami islam sendiri. Masih banyak yang perlu didalami.
Semoga kita bisa sama-sama berusaha dalam hal ini ya.
Wallahu a'lam bish-shawab
Sekali lagi, saya minta maaf kalau ada kesalahan dan menerima komentar dan saran yang sebanyak-banyaknya.
Benar juga, saya baru sadar. Kalau yang sering digembor-gemborkan yaitu larangan umat muslim untuk turut merayakan perayaan orang non muslim. Seperti natal, tahun baru, valentine, dll. Berbau bau budaya barat.
ردحذفNamun ini, kalau yang Hindu kok malah ga masalah yah. Atau memang karena masyarakat belum tahu? Terlebih lagi ada Muslim yang memakai asesoris Yahudi, tapi anehnya tidak ada yang gembor-gembor. Benar, Muslim di Indonesia harus banyak banyak belajar tentang budaya agama lain. Agar tidak terjerumus ikut merayakannya. Postinganmu ini benar-benar menyangkut masalah serius.
Iya begitulah. Tiba-tiba kepikiran aja.
حذفThank you udah main. Btw, website mu keren.
إرسال تعليق